MENEPIS SERANGAN KOLIBASILOSIS

MENEPIS SERANGAN KOLIBASILOSIS

Drh Bayu Sulistya

           Tingkat kejadian penyakit kolibasilosis pada peternakan ayam menunjukkan angka kejadian yang paling tinggi selain penyakit Bakterial lainnya seperti CRD, dan  Kholera, atau dibandingkan penyakit viral lainnya seperti ND dan IBD. Dominannya kejadian kasus Kolibasilosis pada peternakan ayam komersial, baik layer maupun broiler banyak dikaitkan dengan managemen operasional peternakan yang kurang memadai.

E. coli ditemukan pada saluran pencernaan unggas dan mamalia, dan disebarkan secara luas lewat fecesnya. Unggas secara terus menerus mengeluarkan lewat fecesnya mengkontaminasi air, debu yang ada di dalam dan sekitar kandang serta lingkungan peternakan.  Satu waktu unggas-unggas yang resisten dari infeksi  dapat menekan keganasan dari infeksi yang ditimbulkannya. Organ target  E. coli  pada seperti saluran intestinal, nasal passage (saluran nasal), air sacs dan organ reproduksi merupakan sumber latent dari infeksi kuman E.coli.

              Kuman E. coli juga dapat diisolasi dari telur – telur  ayam yang sehat. Dimana keberadaannya pada telur atau kerabang telur tersebut berhubungan dengan organ reproduksi yang mengalami infeksi seperti;  infeksi pada ovarium, infeksi pada oviduct sekalipun infeksi yang ada tersebut sifatnya sangat ringan. Anak ayam yang menetas dapat mengalami infeksi laten dan hanya karena faktor stress dan beberapa lesi yang ada dapat menjadi faktor pemicu terjadinya infeksi.

              Dilapangan kejadian penyakit ini walaupun pada ayam dewasa, baik breeder maupun layer jarang menimbulkan angka kematian yang tinggi, akan tetapi kerugian ekonomis yang ditimbulkannya sangatlah tinggi. Disamping peternak dituntut mengalokasikan biaya untuk pencegahan maupun pengobatan, peternak juga banyak mengalami kerugian dari menurunnya kuantitas  dan kualitas produksi telur yang dihasilkannya. Pada ayam petelur muda baik ayam remaja breeder maupun layer serta ayam pedaging, seperti yang telah disampaikan diatas, bahwa kelompok ayam ini punya kepekaan yang lebih tinggi dari infeksi kuman E.coli. dan potensi merusak organ vital pada ayam yang cukup tinggi menyebabkan kematian yang tinggi pula. Sehingga serangan E.coli pada ayam muda dan broiler, potensi kerugiaan yang ditimbulkannya lebih tinggi pula.  Pada ayam breeder dewasa yang mengalami infeksi, karena kuman E.coli menyerang organ reproduksinya, disamping menyebabkan menurunnya kuantitas produksi telur, dampak yang paling merugikan adalah menjadi rendahnya daya tetas telur. Banyak telur yang tidak berhasil menetas karena embrionya mengalami infeksi dan mati. Bila berhasil menetas, karena ada infeksi yang bersifat laten pada anak ayam yang   menetas tersebut, kepekaan anak ayam tersebut dari infeksi penyakit lain menjadi sangat tinggi, sehingga berdampak pada kematian awal yang tinggi pada anak ayam.

              Sumber penularan terbesar sebagai penyebab terjadinya reinfeksi dari kasus Kolibasilosis pada ayam yang sudah mengalami kesembuhan, disampaing dari litter kandang, peralatan dan lingkungan sekitar kandang yang tercemar, disinyalir sumber penularan yang paling potensial adalah lewat air minum. Hampir 60 – 70 % kejadian Kolibasilosis di peternakan, dilaporkan penyebabnya karena kualitas air minum yang diberikan ke ayam mengandung kuman E.coli yang cukup tinggi konsentrasinya. Hal ini menyebabkan upaya pengobatan tidak pernah tuntas, terlebih lagi air yang diberikan ke ayam tidak dilakukan klorinasi sebelumnya, sehingga kejadian infeksinya  selalu berulang-ulang.  Dampak dari infeksi yang berulang-ulang tersebut, menyebabkan produksi telur jadi tidak pernah stabil, pertumbuhan terhambat dan tidak merata, ayam jadi lebih peka terhadap infeksi penyakit lain dan yang tidak kalah ruginya adalah biaya pengobatannya jadi tinggi.

TANDA –TANDA KLINIS DAN LESI YANG DITIMBULKAN

              Ada banyak bentuk syndrom yang disebabkan oleh infeksi E.coli, dimana pembagian ini dikaitkan dengan organ yang mengalami infeksi dan kuman tersebut berhasil diisolasi dari organ yang terinfeksi  tersebut. Tanda-tanda klinis yang dikaitkan dengan organ yang terinfeksi diantaranya :

1.      Airsaculitis

             Terjadi gejala pernafasan dan banyak variasinya. Gejala pernafasan ini dapat juga dikaitkan dengan litter yang sangat berdebu. Kejadian ini dapat saja menyertai setelah pemberian  vaksinasi, atau oleh infeksi ; Mycoplasma, Infeksius Bronkitis, Newcastle Disease Virus, atau oleh Laryngotracheitis virus.

              Penebalan pada kantong hawa dan pada beberapa kejadian adanya eksudat kaseus pada kantong hawa sangat sering ditemukan. Dimana infeksi yang berlanjut pada kantong hawa ini sering diikuti oleh adhesive pericarditis (radang selaput jantung, dimana selaput jantungnya melekat pada otot luar daripada jantung), dan fibrinous perihepatitis. Kejadian airsaculitis ini sebagian besar terjadi pada ayam broiler umur 3 sampai 7 minggu, dan mungkin puncaknya terjadi pada umur 5 sampai 6 minggu. Infeksi primer pada kantong hawa oleh E.coli dapat juga terjadi pada kasus Koliseptisemia. Namun bentuk ini pada umumnya merupakan infeksi sekunder dari berbagai penyakit pernafasan yang mengawalinya. Seperti ; penyakit CRD, IB, ND , Snot serta Pneumovirus merupakan penyakit pernafasan yang paling umum dan lebih banyak menjadi kausa primer.

             Berbagai faktor stress dan buruknya managemen sangat berpengaruh terjadinya infeksi E.coli pada kantong hawa. Tingginya kadar amonia dalam kandang yang disebabkan oleh menumpuknya kotoran ayam yang cukup banyak dalam kandang, kualitas litter yang kurang baik (seperti basah dan lembab), tingginya pencemaran debu dalam kandang serta sirkulasi udara dalam kandang yang kurang baik,  merupakan faktor pemicu terjadinya  gejala  pernafasan. Hal ini terjadi karena amonia dan debu yang dihirup oleh ayam menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan bagian atas dari pada ayam, serta dapat menyebabkan hilangnya silia dari saluran pernafasan ayam tersebut, sehingga ayam menjadi sensitif terhadap infeksi kuman E.coli. Hal ini terjadi karena pertahanan lokal yang ada pada saluran nafas bagian jadi hilang pula, sehingga kuman E.coli jadi dengan mudah dapat menginfeksi, sampai akhirnya menginfeksi kantong hawa  ayam yang bersangkutan.

2.      Omphalitis ( Navel Infection )

             Banyak  jenis mikroorganisme phatogen yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada pusar (navel) dari anak ayam. Diantaranya yang sering ditemukan dari hasil isolat kuning telur dari embrio ayam dan pusar dari anak ayam  yang terinfeksi  kuman seperti ; Aerobacter, Proteus, Salmonella, Baccilus, Staphylococcus, enteric Streptococcus dan Clostridia. Dapat juga terjadinya infeksi pada pusar dan kuning telur anak ayam karena infeksi campuran dari salah satu agent penyakit diatas dengan kuman E.coli.

             Kuman E.coli sering dapat diisolasi pada cultur yang murni  dari anak ayam yang baru menetas, yang mengalami depresi, septicemia dan kematian yang cukup tinggi. Dari gejala klinisnya anak ayam nampak menggigil,  pada  pusarnya mengalami peradangan dan bengkak.

             Pada saat dilakukan nekropsi dapat ditemukan adanya perubahan pada yolk sac, dimana yolk sacnya terlihat membesar berwarna coklat kehijauan dan selanjutnya mengeras serta ditemukan adanya peritonitis.

3.      Coliform Septicemia pada Itik (New Duck Septicemia)

             Kuman E.coli, Salmonella dan Pasteurella anatipestifer, pada itik yang terinfeksi dapat menimbulkan gejala pernafasan, peradangan pada kantong hawa (airsacc), perikarditis, perihepatitis dan peritonitis. Pada kejadian infeksi dari Pasteurella anatipestifer, meningkatkan terjadinya gangguan pernafasan.

             Pada Koliseptisemia (E.coli)  perubahan yang terjadi pada abdominal, organ viscera pada daerah thoracic dan permukaan dari kantong hawa nampak seperti basah, terdapat eksudat dari bentuknya granular sampai yang berbentuk coagulatif. Limpa dan Hati mengalami kebengkakan dan pada hati disamping mengalami kebengkakan, pada bagian sisi medial dari hati sering ditemukan bagian lobus hati yang terwarnai oleh empedu.

4.      Akut Septisemia

             Pada kejadian kolibasilosis yang bersifat akut, sering kali dikelirukan oleh penyakit kholera  dan fowl thypoid.  Pada ayam-ayam yang mengalami infeksi akut sering kali terjadi kematian yang mendadak tanpa banyak perubahan yang ditemukan. Kejadian yang bersifat akut  yang diikuti oleh kematian biasanya menyerang ayam-ayam yang muda. Pada ayam yang lebih dewasa kejadian septisemia yang bersifat akut jarang diikuti kematian yang mendadak, tetapi angka morbiditasnya cukup tinggi, dan bila menyerang ayam tipe petelur,  menyebabkan gangguan produksi dan daya tetas telur.

             Pada saat dilakukan nekropsi , organ – organ parenkim mengalami kebengkakan dengan kongesti pada otot pektoralis. Hati berwarna agak kehijauan karena terwarnai oleh cairan empedu yang diproduksi berlebihan, dan kadang ditemukan juga pada hati adanya nekrosa multi fokal dengan ukuran kecil-kecil. Pada kejadian Kolibasilosis akut dapat juga ditemukan adanya perdarahan pthecie pada usus  dan hati, perikarditis atau peritonitis.

             Septisemia yang bersifat akut dapat juga disebabkan oleh infeksi kuman Pasteurella, Salmonella, Streptococcus dan organisme phatogen lainnya.

5.      Enteritis

             Gejala adanya diare sering terjadi pada kelompok ayam yang terinfeksi kuman Kolibasilosis.  Terjadinya diare disebabkan karena dinding usus mengalami deskuamasi karena endotoksin yang dihasilkan oleh kuman E.coli (Coli enteritis), hal ini menyebabkan gerakan peristaltik usus jadi meningkat, sehingga isi usus jadi lebih cepat dikeluarkan. Konsistensi faeces jadi lembek sampai encer dan kadang bercampur dengan busa serta berwarna kekuningan.

             Pada  pemeriksaan pasca mati dapat ditemukan adanya enteritis khataralis dan sering disertai dengan mukus dalam jumlah yang berlebihan, berbusa dan berwarna kekuningan. Warna kekuningan pada isi usus terkait dengan meningkatnya produksi cairan empedu yang disalurkan ke dalam usus. Mukosa usus mengalami kongesti, dan sering ditemukan pada usus bagian atas.

6.      Salpingitis dan Ooforitis

             Bila kejadian kolibasilosis menyerang ayam petelur yang berproduksi, akan terjadi gangguan produksi telur. Dimana disamping jumlah produksi telurnya mengalami penurunan, juga terjadi penurunan kualitas telur baik eksternal maupun internalnya. Pada bagian eksternalnya telur yang dihasilkan jadi lebih pucat dan kerabangnya agak tipis, tetapi tidak disertai perubahan bentuk telur. Pada bagian internalnya teramati dari encernya albumin bagian luar telur, sehingga semua perubahan yang ada pada kualitas telur menyebabkan berat telur jadi berkurang dan cepat susut bila disimpan dalam jangka waktu yang agak lama, serta daya tetasnyapun jadi menurun.

             Pada perubahan pasca mati ditemukan adanya lesi yang terjadi pada Salping. Lesi ini mungkin terjadi karena masuknya kuman E.coli dari vagina pada ayam petelur. Karena adanya infeksi pada airsacc oleh E.coli, diduga dapat juga menyebabkan terjadinya  Chronic salpingitis.

             Pada ayam yang terinfeksi, dan perjalanan penyakitnya bersifat kronis, kematian baru terjadi setelah selama enam bulan terinfeksi, dan selama masa infeksi tersebut produksi ayam akan sangat jarang bahkan terhenti. Pada oviduct mengalami penggelembungan karena adanya timbunan eksudat yang mengeras menyerupai keju dan baunya busuk. Infeksi pada daerah oviduct dapat terjadi, diduga karena aktivitas produksi estrogen yang tinggi pada ayam petelur, menyebabkan kepekaan terhadap infeksi E.coli jadi meningkat dan dapat memacu meningkatnya jumlah kuman tersebut dalam oviduct.  Pada kasus salpingitis yang sudah parah,  biasanya dapat ditandai dengan keadaan ayam yang sangat  kurus dan berjalan seperti bebek atau burung penguin,  yakni seperti membusungkan dadanya.

             Radang pada ovarium ditandai oleh adanya bentuk folikel telur yang tidak teratur sampai ada yang pecah dan membubur.  Folikel telur yang terinfeksi nampak pucat kekuningan, dimana pembuluh-pembuluh darah teka dari folikel telur jadi menghilang, sehingga folikel telur jadi tidak bisa berkembang baik dan urutan-urutan perkembangan folikel telur jadi tidak teratur. Seringkali juga pada keajadian yang cukup parah seluruh ovarium berubah menjadi materian yang menyerupai keju, dimana tidak ada lagi bentuk dari folikel telur, dan baunya cukup busuk.

7.      Koligranuloma

             Kasus kolibasilosis bentuk ini sangat jarang ditemukan pada ayam. Granuloma yang bentuknya menyerupai nodul-nodul hanya terjadi pada saluran pencernaan, mesenterium dan hati. Pada limpa tidak ditemukan adanya perubahan dan hati yang mengalami infeksi jadi mengeras, berwarna belang dan membesar disertai adanya nodul-nodul.

             Gejala klinis dari infeksi bentuk granuloma tidak tersifat untuk dapat diamati. Ayam yang terinfeksi biasanya mengalami kematian dan diketahui setelah dilakukan nekropsi. Lesi dari infeksi penyakit ini menyerupai penyakit Tuberculosis.

8.      Synovitis dan Arthritis

             Kelompok ayam yang mengalami infeksi ditandai dengan gejala kepincangan dan  berbaring. Pada bagian tendon atau persendian ditemukan adanya kebengkakan dan peradangan. Synovitis selalu terjadi akibat lanjutan dari infeksi yang bersifat sistemik. Pada kasus yang bersifat akut dapat dilakukan pengobatan dan banyak ayam  yang mengalami kesembuhan dalam waktu satu minggu. Pada kejadian kronis ayam akan menjadi kurus, karena ayam mengalami kesulitan berdiri dan menjangkau tempat pakan dan minumnya.

             Kasus synovitis dan arthritis juga dapat disebabkan oleh infeksi Reovirus, Mycoplasma, Stapylococcus dan Salmonella. Pada persendian yang terinfeksi bila dilakukan pembedahan akan ditemukan adanya cairan bening atau eksudat khataral sampai mengeras seperti menyerupai keju.               

     

9.      Panopthalmitis ( Radang Mata)

             Penyebab primer dari kejadian radang mata ini  kemungkinan besar disebabkan oleh adanya kolisepticemia yang akut. Radang mata ini tersifat oleh karena adanya hypopyon (Pernanahan pada mata), sering menyerang sebelah mata sampai menimbulkan terjadinya kebutaan yang bersifat permanen. Pada umumnya ayam yang terinfeksi cukup parah berlanjut dengan kematian.

10.  Perikarditis

             Banyak serotipe dari E.coli yang menginfeksi setelah terjadinya septicemia menyebabkan terjadinya perikarditis.  Myocrditis sering kali terjadi sebagai akibat lanjutan dari infeksi kantung pericardium, dimana terjadinya infeksi pada kantung pericardium dapat diamati dengan adanya kekeruhan pada kantung tersebut dan epicardium menjadi  edematous.

             Pericarditis – myocardirtis akan menyebabkan penurunan dari carotid artery blood pressure, yang menyebabkan terjadinya kematian yang gejalanya tidak dapat dideteksi sebelumnya. Pericaditis juga dapat disebabkan oleh infeksi Chlamidia.

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KOLIBASILOSIS

Pencegahan kolibasilosis harus dimulai sejak dari tingkat breeding farm agar pemeliharaan di tingkat budidaya dapat berjalan dengan baik dan lancar. Perbaikan manajemen breeder maupun hatchery sangat dibutuhkan. Diantaranya adalah dengan mengurangi jumlah telur yang berada di litter (floor egg), agar kontaminasi bakteri dapat ditekan dan menurunkan angka kejadian omphalitis pada DOC yang dihasilkan. Telur tetas dengan kondisi kotor agar diafkir saja daripada ditetaskan tetapi ber-resiko terjadi ‘explode’ didalam mesin tetas dan mencemari telur tetas yang lain.

Mengendalikan populasi bakteri koli di lingkungan sekitar terutama pada air minum, baik pada sumber air sumur, tempat bak penampungan utama, pipa saluran distribusi hingga peralatan minum di kandang (galon, niple ataupun paralon). Lakukan pemeriksaan kualitas air minum termasuk pemeriksaan terhadap kandungan bakteri koli secara rutin minimal pada tiga titik yaitu sumber air, tempat penampungan dan pada ujung tempat minum. Hasil pemeriksaan air dapat kita gunakan untuk menganalisa bagaimana kondisi air minum kita secara menyeluruh. Kita dapat mengetahui dimana letak permasalahan dan apa yang harus dilakukan. Lakukan desinfeksi air minum dengan menambahkan klorin apabila memang terdapat jumlah bakteri koli diatas standart, yaitu dengan menambah kaporit ke dalam air (dosis: 150 gram kaporit dalam tiap 10.000 galon/38.000 liter air), untuk mengurangi kandungan E. coli dan bakteri lainnya.

Mengendalikan populasi bakteri E. coli didalam kandang dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan litter, peralatan makan-minum dan nest, juga kebersihan tirai kandang dan sekat antar flock. Menjaga kebersihan cooling pad dan kipas serta plafon plastik pada kandang close house juga merupakan kewajiban. Demikian juga dengan kebersihan lingkungan sekitar kandang dari kotoran lain, misal sampah, peti bekas, bekas botol vaksin dan kayu-besi bekas. Kebersihan kandang dan lingkungan sekitar farm secara tidak langsung dapat menekan resiko penularan penyakit dan menyediakan udara yang segar dan sehat bagi ayam.

Menjaga kondisi tubuh ayam agar bakteri koli tidak berkembang menjadi ganas dan merugikan. Pemberian program vaksinasi yang tepat dengan Konsep Pengebalan Ayam (KPA) sesuai kondisi di farm dan lingkungan sekitar, serta program medikasi dengan Konsep Optimalisasi Kesehatan Ayam (KOKA) yang sesuai akan sangat membantu menjaga kondisi ayam selalu sehat dan produktif. Menjaga keseimbangan nutrisi dalam pakan serta menjaga keamanan pakan dari pencemaran mikotoksin adalah suatu keharusan, supaya ayam terhindar dari kasus imunosupresif dan menurunkan resiko munculnya kolibasilosis.

Menjaga keseimbangan mikroflora dalam saluran cerna dapat dicapai melalui penerapan program flushing antibiotika yang sesuai, program pemberian produk synbiotik maupun program asidifikasi. Program flushing antibiotika dapat diberikan sebulan sekali pada ayam layer dan breeder, bertujuan untuk menekan populasi bakteri E. coli patogen dalam saluran pencernaan. Produk yang biasa digunakan adalah antibiotik kelompok quinolon misalnya flumequine 10% (Imequyl®). Program pemberian produk synbiotik bertujuan untuk menjaga keseimbangan mikroflora dalam saluran cerna, antara bakteri patogen dan bakteri yang menguntungkan. Synbiotik adalah gabungan antara probiotik dan prebiotik, dengan kata lain, dalam satu produk terdapat bakteri menguntungkan dan sekaligus ‘makanan’ bagi bakteri menguntungkan tersebut supaya dapat segera tumbuh dan berkembang dalam saluran cerna. Saat ini mulai dipasarkan produk synbiotik di beberapa wilayah sentra peternakan dengan nama Poultry Star Sol®. Program ketiga adalah dengan asidifikasi, yaitu membuat suasana asam didalam saluran pencernaan ayam sehingga bakteri patogen tidak dapat hidup dan berkembang. Pengasaman dapat diperoleh dengan pemberian produk Biotronic® Top liquid melalui air minum maupun melalui pakan.

Hubungi Kami