Memaksimalkan Penggunaan Enzim

Memaksimalkan Penggunaan Enzim

 Nutrisi merupakan  unsur yang sangat esensial yang diperoleh dari bahan baku pakan yang dimanfaatkan untuk pemeliharaan, pertumbuhan, produksi, dan reproduksi hewan.  Kelompok nutrisi pada umumnya seperti karbohidrat (energi), protein (asam amino), lemak, mineral, vitamin dan air. Performance ayam akan terbentuk  optimal memerlukan  asupan nutrisi yang tepat. Dalam memberikan asupan pakan ada hal-hal yang harus diperhatikan  agar nutrisi yang kita berikan  sesuai dengan yang dibutuhkan. Dimana setiap bahan baku  yang ada selama ini terbukti  kualitasnya bervariasi. Kualitas yang bervariasi merupakan hal  nyata terlihat dalam setiap melakukan pemeriksaan bahan baku.  Bahan –bahan baku yang di masukkan dalam formulasi pakan juga terdapat zat anti nutrisi.  Apa itu zat anti nutrisi?,  zat anti nutrisi yang  didefinisikan sebagai komponen biologis yang terdapat dalam pakan atau bahan baku pakan, yang dapat mengurangi pemanfaatan nutrisi atau asupan pakan, sehingga menyebabkan gangguan fungsi pencernaan dan kinerja metabolisme. Tanin, fitat, inhibitor trypsin, NSP, glukosinolat, saponin, β-glukan adalah beberapa zat anti nutrisi penting yang ditemukan pada tanaman sebagai sumber bahan baku kita seperti :jagung, gandum, SBM dan dedak. Ancaman-ancaman dari zat anti nutrisi yang terjadi pada bahan baku yang kita gunakan dalam formulasi pakan antara lain :

  • Gangguan kesehatan usus dan ekologinya
  • Peningkatan kerugian endogen
  • Terganggunya fungsi enzim endogen
  • NSP yang mempengaruhi pembentukan viskositas (NSP larut) dan mekanisme penjebakan nutrisi atau efek sangkar (NSP tidak larut).
  • Fitat yang setiap 1% menurunkan kecernaan pakan dalam kisaran 0,49 – 0,89% seiring dengan kencernaan nutrisinya.
Jagung
Kedelai
Dedak

Jagung merupakan sumber energi utama pakan di Indonesia yang mempunyai nilai rata-rata energi sebesar 3359 kkal/ kg, namun memiliki nilai rata-rata yang berbeda di setiap bulannya. Kontribusi jagung terhadap nilai energy pakan minimal 50% sampai 65%. Soybean Meal (SBM)  merupakan sumber utama protein atau asam amino untuk pakan, yang berkontribusi pada suplai lysine (+70%) dan Methionine (+30%). SBM di Indonesia dengan kandungan protein 46% mempunyai nilai serat kasar dan lemak kasar memiliki variasi cukup besar yaitu 16 % dan 25%.  Dedak memiliki nilai nutrisi  sangat bervariasi pada setiap parameter yang dianalisa. Nilai serat kasar dan lemak kasar dedak, memiliki variasi yang sangat besar, 62,68% & 22,78%, meskipun memiliki kadar air yang relative lebih seragram.

Dengan kondisi bahan baku tersebut diatas dimana memiliki zat anti nutrisi dan variasi kualitas yang berbeda yang dapat mempengaruhi nilai nutrisi yang diharapkan  maka diperlukan imbuhan dalam pakan. Imbuhan yang ditambahkan dalam pakan yang sangat berpengaruh supaya memberikan nilai nutrisi yang optimal adalah Enzim.  Enzim berfungsi sebagai pencerna serat dan modulator mikroflora saluran cerna serta meningkatkan ketersediaan potensial nutrien endogen (nutrisi yang tersedia didalam bahan baku pakan).  Ensim merupakan  senyawa organik bermolekul besar berfungsi mempercepat jalannya reaksi metabolisme didalam sel tanpa mempengaruhi keseimbangan reaksi  tetapi tidak ikut bereaksi, struktur enzim tidak berubah baik sebelum dan sesudah reaksi. 

Enzim juga berfungsi sebagai biokatalisator dan di sintesis dalam protoplasma sel. Aktifitas Enzim  di dalam sel tempat sintesisnya  disebut  endo-enzim dan diluar tempat sintesisnya disebut ekso-enzim. Sebagian besar enzim bersifat endo-enzim dan bersifat  sangat  spesifik (substrat).  Aktifitas enzim  optimum  di suhu 30  ͦͦC, minimum di suhu 0 ͦC dan  maksimum disuhu 40 ͦC. Beberapa mineral yang memacu aktifitas enzim antara lain Mg, Mn, Co, Fe, Zn,  sedangkan air dan vitamin  memacu aktifitas ensim. Beberapa logam berat bekerja menghambat aktivitas enzim yaitu Pb dan  Cd. Kondisi pH tertentu enzim akan bekerja contohnya  Pepsin kondisi pada pH asam, amilase kondisi pH netral sedangkan  tripsin kondisi pH basa.  Enzim ini sangat spesifik karena  bekerja hanya sesuai  untuk satu macam substrat saja atau sekelompok kecil substrat yang struktur dan fungsinya hampir sama.

Hal inilah yang membuat enzim bisa menjadi salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas pakan ternak yang aman untuk ternak, manusia yang mengkonsumsi hasil ternak, maupun bagi lingkungan. Meskipun di dalam tubuh makhluk hidup enzim dapat diproduksi sendiri sesuai kebutuhan, penambahan enzim dalam ransum kadang masih dibutuhkan.Saat ini telah teridentifikasi lebih kurang 3.000 enzim. Beberapa enzim yang biasa digunakan pada pakan unggas diantaranya enzim pemecah serat, enzim pemecah pati, enzim pemecah protein, dan enzim pemecah asam fitat. Peran enzim dalam proses pembuatan pakan, yaitu memecah faktor anti nutrisi yang terdapat dalam campuran pakan. Kebanyakan dari senyawa tersebut tidak mudah dicerna oleh enzim endogenous sehingga dapat mengganggu pencernaan ternak. Meningkatkan ketersediaan pati, protein,dan garam mineral yang terdapat pada dinding sel yang kaya serat. Sebab, zat-zat tersebut tidak mudah dicerna oleh enzim pencernaan sendiri atau terikat dalam ikatan kimia sehingga ternak tidak mampu mencerna.

Merombak ikatan kimia khusus dalam bahan baku pakan yang biasanya tidak dapat dirombak oleh enzim yang dihasilkan ternak itu sendiri. Sebagai suplemen tambahan dari enzim yang diproduksi oleh ternak muda karena sistem pencernaannya belum sempurna sehingga enzim endogenous kemungkinan belum mencukupi. Kemudian kita pahami bahwa di dalam bahan baku pakan asal biji-bijian terkandung bahan yang biasa disebut sebagai non-starch polysaccharides (NSP) atau polisakarida bukan pati.  Namun sayangnya ayam tidak mempunyai enzim yang dapat memecah NSP ini didalam tubuhnya, sehingga sejumlah besar NSP terbuang percuma melalui kotoran ayam.

Peluang inilah yang dapat kita manfaatkan untuk melakukan efisiensi pakan. Pemanfaatan NSP dengan penambahan enzim dari luar tubuh ayam, melalui pakan atau air minum, bertujuan memecah dan menguraikan struktur bangun NSP sehingga dapat dicerna dan dimanfaatkan didalam usus ayam. Pemanfaatan NSP menjadi tambahan energi pada pakan, sehingga ayam mendapat ‘bonus’ energi yang sangat berguna bagi pertumbuhan dan produktifitasnya. Energi tambahan yang didapatkan dari proses memecah NSP ini kemudian kita gunakan sebagai dasar melakukan perhitungan formulasi pakan ulang atau re-formulasi pakan. Dalam menyusun re-formulasi ini, tambahan energi diperhitungkan dan dimasukkan sesuai dengan matriks-nya, sehingga akan didapatkan pengurangan pemakaian bahan baku pakan yang berperan sebagai sumber energi. Pada beberapa perhitungan ulang, jumlah jagung, dedak dan bungkil kedelai akan berkurang, namun energi yang didapatkan secara total tetap. Penghematan inilah yang ingin kita dapatkan, kualitas pakan tetap baik dan seimbang dengan biaya pakan yang lebih rendah. Pemakaian secara on-top pada farm pemakai pakan jadi layer maupun konsentrat layer, dapat juga ditambahkan enzim NSP secara langsung atau on-top tanpa melalui proses re-formulasi pakan. Pemanfaatan energi ‘tersembunyi’ didalam NSP, yang kemudian dimanfaatkan oleh ayam secara optimal, akan menjaga produktifas ayam. Dan pada kondisi yang ‘pas dan ideal’ konsumsi pakan (feed intake) akan turun, namun produksi telur tetap stabil. Penurunan konsumsi pakan sekitar 3-5 gr/ekor dapat kita amati setelah pemberian enzim tersebut selama dua minggu berturut-turut.

Mencermati keunggulan enzim NSP dapat pula penulis sampaikan kekurangannya, yaitu bahwa enzim ini tidak tahan terhadap perlakuan pemanasan diatas suhu 85°C dalam waktu lama, yaitu pada proses pelleting. Oleh karena itu pemakaian enzim pada pakan broiler pellet di pabrik, ada kemungkinan tidak berfungsinya enzim secara optimal, sebagian enzim sudah rusak karena proses pemanasan tadi. Oleh karena itu, untuk menurunkan biaya pakan pada budidaya ayam broiler, penulis sarankan untuk menggunakan enzim dalam bentuk cair, yang dicampurkan ke dalam air minum ayam di farm. Fungsinya sama dengan enzim yang ditambahkan ke dalam pakan, yaitu memecah NSP pada pakan sehingga dapat dicerna oleh usus ayam. Yang berbeda adalah bentuk sediaan, kemasan dan cara pemberiannya saja.

Pemberian enzim NSP pada ayam broiler melalui air minum memberikan keuntungan ‘tambahan’ terutama pada saat-saat sekarang ini, yaitu ketika performance broiler kurang baik. Saat dimana pertumbuhan berat badan harian (ADG) rendah, saat dimana berat badan mingguan dibawah standart, merupakan saat yang tepat untuk mencoba pemakaian enzim NSP ini. Bandingkan antara ayam broiler yang diberi enzim dengan ayam kontrol. Penulis sudah membuktikan sendiri bahwa pemberian enzim saat terjadi gangguan pencapaian performance produksi, dapat sangat membantu memperbaikinya. Demikian juga pada beberapa kejadian dimana berat badan ayam broiler di minggu pertama tidak mencapai standart, pemberian enzim secara drinking water terbukti mampu memperbaiki berat badan diumur selanjutnya.

Penghematan pakan dengan penggunaan enzim sangat menarik, karena dapat diberikan dengan tiga pendekatan yaitu mengurangi biaya pakan secara langsung dengan cara re-formulasi pakan layer, mengurangi feed intake namun produktifitas tetap dengan cara pemberian on-top, maupun dengan cara memanfaatkan energi cadangan yang tersimpan agar dapat lebih optimal membantu produktifitas ayam dengan mencampurkannya kedalam air minum.

Enzim yang beredar di pasaran saat ini sangat beragam baik harganya, cara pembuatannya, kandungannya dan kualitasnya. Ada produk enzim yang kandungannya terdiri dari berbagai macam enzim namun dibuat dengan cara menambahkan saja setiap enzim yang ingin dicampurkan (cocktail enzyme). Namun penulis menyarankan agar peternak mencoba enzim NSP yang mengandung berbagai macam enzim didalamnya, namun berasal dari satu mikroorganisme spesifik saja. Enzim yang penulis tawarkan ini berupa serbuk untuk dicampurkan ke dalam pakan, digunakan di feed mill dan self mixing farm, maupun berupa cairan yang dapat dicampurkan ke dalam air minum di farm layer maupun broiler. Penambahan NSP-enzim kita manfaatkan untuk memecah Non Starch Polysakarida atau polisakarida bukan pati dalam bahan baku pakan asal biji-bijian. Senyawa NSP ini bersifat antinutrisi, didalam saluran cerna senyawa ini membentuk substrat kompleks yang bersifat menyerap air dan menjebak semua bahan gizi (lemak, protein, karbohidrat) yang terlarut didalamnya sehingga tidak dapat diserap oleh hewan monogastrik. NSP-enzim dapat dengan sempurna menghidrolisa substrat kompleks (NSP dan air) menghasilkan energi dan meningkatkan ketersediaan asam-asam amino dan protein.

Penambahan NSP-enzim Rovabio Advance T Flex 10% dalam pakan jadi layer produksi secara ‘on top’, dengan dosis 500 gr/ton, terbukti dapat :

  • Memperbaiki kecernaan pakan.
  • Meningkatkan ME sebesar 50 Kcal/kg pakan.
  • Meningkatkan ketersediaan asam amino 1-2%.
  • Meningkatkan bobot telur 1.6-4.8%.
  • Memperbaiki konversi pakan 1.6 sd 4.6 poin.
  • Menurunkan kejadian berak basah, sehingga kotoran menjadi lebih kering, menekan amonia bebas, telur menjadi lebih bersih, warna kuning telur menjadi lebih baik.
  • Pada kondisi pakan, umur ayam dan lingkungan tertentu dapat menurunkan feed intake sebesar 3-5 gr/ekor, tanpa mengalami penurunan produksi telur.
Gambar 1
Gambar 2

drh. Damar

Technical Department Manager

Romindo Primavetcom

Hubungi Kami